Pada hari Rabu Kliwon Wuku Sinta disebut hari raya Pagerwesi, dimana pada saat itu Sang Hyang Widhi Pramesti Guru beryoga yang diikuti oleh para Nawa Dewata (sembilan dewa),yaitu:
1. Dewa Iswara.
2. Dewa Maheswara.
3. Dewa Brahma.
4. Dewa Rudra.
5. Dewa Mahadewa.
6. Dewa Samkara.
7. Dewa Wisnu.
8. Dewa Sambhu.
9. Dewa Siwa.
Hari raya Pagerwesi dirayakan setiap 210 tahun sekali sering diartikan oleh umat Hindu sebagai hari untuk memagari diri yang dalam bahasa Bali disebut magehang awak.
Tuhan yang dipuja pada hari raya ini adalah Sang Hyang Pramesti Guru. Sang Hyang Pramesti Guru adalah nama lain dari Dewa Siwa sebagai manifestasi Tuhan untuk melebur segala hal yang buruk. Dalam kedudukannya sebagai Sang Hyang Pramesti Guru, beliau menjadi gurunya alam semesta terutama manusia. Hidup tanpa guru sama dengan hidup tanpa tuntunan, sehingga tanpa arah dan segala tindakannya ngawur.
Dalam lontar Sundarigama disebutkan bahwa:
Buda Kliwon Shinta Ngaran Pagerwesi payogan
Sang Hyang Pramesti Guru kairing ring watek
Dewata Nawa Sanga Sang ngawerdhiaken sarwatumitah
Sarwatumuwuh ring Bhuana Kabeh
Artinya:
Buda Kliwon Shinta disebut Pagerwesi sebagai pemujaan
Sang Hyang Pramesti Guru yang diiringi oleh
Dewata Nawa Sanga (sembilan dewa) untuk mengembangkan segala yang lahir dan segala yang tumbuh di seluruh dunia.
Hakikat pelaksanaan upacara Pagerwesi adalah lebih ditekankan pada pemujaan oleh para pendeta dengan melakukan upacara ngeraga dan mapasang lingga. Tengah malam umat Hindu dianjurkan untuk melakukan meditasi. Banten yang paling utama bagi purohita adalah:
Sesayut Panca Lingga sedangkan perlengkapannya Daksina, Suci penyeneng dan Banten Penek.
Meskipun hakekatnya hari raya Pagerwesi adalah pemujaan (yoga Samadi) bagi pendeta (purohita) namun umatnya kebanyakan ikut merayakan sesuai kemampuan masing-masing.
Demikianlah makna hari raya Pagerwesi bagi umat Hindu, semoga ini bisa bermanfaat bagi kita semua.